Salah satu pengukuh kewajiban pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung jawab Sosial Perusahaan  di Indonesia tercantum dalam pasal 15 (b) UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. CSR memiliki tiga fondasi utama, antara lain aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Pada aspek ekonomi, peningkatan profit suatu perusahaan ingin dibangun melalui citra positif yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap perusahaan yang bersangkutan. Keuntungan ini sangat penting bagi suatu perusahaan sebagai strategi bisnis untuk membangun dan mempertahankan relasi, sekaligus investasi jangka panjang bagi dukungan sosial terhadap keberlangsungan usaha.

Perusahaan diminta tidak lagi hanya memikirkan peraupan laba demi diri sendiri. Alokasi laba diarahkan juga pada kegiatan pelestarian lingkungan dan kegiatan-kegiatan sosial  seperti bantuan dana usaha, pendidikan, Yatim/ Piatu atau bantuan lain yang diperlukan masyarakat dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan pemerataan ekonominya.

Terdapat variasi cara dan variasi dana CSR sejalan dengan belum disusunnya ketetapan bagi pelaksanaan CSR yang ideal. Variasi cara didasarkan pada strategi masing-masing perusahaan dalam membangun kepercayaan masyarakat sehingga loyalitas masyarakat sebagai pelanggan, karyawan sebagai bagian perusahaan maupun penyedia sebagai relasi usaha dapat kokoh dan bertahan lama. Sedangkan variasi dana terjadi disebabkan perbedaan anggaran CSR berdasarkan laba yang diperoleh perusahaan tiap tahun.
Bank Negara Indonesia (BNI) merupakan satu diantara beberapa perusahaan Indonesia yang secara berkelanjutan konsisten menjalankan CSR. CSR pada perusahaan ini dijalankan melalui program kemitraan berupa bantuan dana kepada pengusaha menegah ke bawah agar dapat mempertahankan eksistensinya.  Di samping itu, BNI juga menjalankan program bina lingkungan dalam dua kelompok, yaitu BUMN Pembina dan BUMN peduli.

BUMN Pembina meliputi  bidang sarana dan prasarana ibadah seperti pelaksanaan kegiatan ceramah saat ramadhan dan program retreat bagi kaum kristiani, bidang sarana dan prasarana umum seperti pembangunan Kampoeng BNI serta penyediaan sarana air bersih dan panti sosial, bidang pendidikan seperti program beasiswa dan penyediaan fasilitas penunjang perkuliahan di beberapa perguruan tinggi (misalnya revitalisasi Pojok BNI), bidang kesehatan seperti donor darah, dan bidang bencana alam yang meliputi penyaluran bantuan kepada korban bencana tersebut.
Selain BNI, perusahaan perbankan lain juga menerapkan praktek CSR. BNI perlu membuat program CSR yang inovatif sebagai ciri khas CSR BNI. Hal ini telah tercermin dalam Kampoeng BNI, Pojok BNI dan Kapal Pintar. Namun, berdasarkan data pada website resmi BNI, realisasi CSR dari dana yang dialokasikan belum optimal. Hanya sekitar 58 miliar realisasi dari 207 miliar alokasi. Persentase realisasi bidang pendidikan dan penelitian berada diurutan terendah dibandingkan alokasi, yaitu kurang dari 2 % ( sekitar 476 juta realisasi dari 43 miliar alokasi).

Padahal, masih banyak lini pendidikan dan penelitian yang perlu didukung pengembangannya. Misalnya pada sektor kefarmasian yang berfokus pada obat-obatan. Dewasa ini, penggunaan obat-obatan herbal telah berkembang pesat. Konsep back to nature sangat diminati masyarakat. Kekayaan hayati terutama tumbuhan obat di Indonesia yang sangat besar berpotensi untuk pembuatan produk herbal. Namun, belum ada satu pun industri produk bahan alam yang memiliki standarisasi nasional di Republik ini.

Akumulasi alokasi dana CSR BNI untuk pembangunan industri farmasi bahan alam di Indonesia akan bersifat multiguna bagi BNI. BNI tidak hanya sekedar memenuhi tanggung jawab perusahaan, namun mendapat kepercayaan nasabah yang lebih besar, terutama kalangan akademisi karena pemberdayaan penerapan teknologi berbasis sumber daya alam yang dilakukannya akan memberikan sumbangan besar bagi perkembangan ilmu farmasi berbahan alami/ herbal.
Hal ini juga dapat menggebrak cara pandang pemerintah yang belum menyediakan kondisi kondusif demi optimalisasi CSR karena kemungkinan besar pembangunan dan pengelolaan industri farmasi bahan alam dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia. Selain itu, hal ini juga dapat meningkatkan kepedulian masyarakat untuk melestarikan tanaman obat sehingga angka kepunahan tumbuhan obat dapat diperkecil. BNI juga dapat menerapkan sistem investasi pada bakal industri ini sehingga tiap profit yang didapatkan industri tersebut dapat mengalir pula ke BNI.
Sejauh ini, Universitas Andalas memiliki contoh penerapan industri farmasi bahan alam skala kecil yang bermarkas di Kebun Tumbuhan Obat (KTO). KTO yang dipimpin oleh Prof. Amri Bakhtiar telah menghasilkan berbagai macam produk kesehatan yang diproduksi berdasarkan hasil penelitian mahasiswa farmasi.

Adapun produk yang telah diperjualbelikan antara lain KateVit (minuman kesehatan dari gambir), Cathecu (masker peel off dari  gambir), Centella gel untuk menghilangkan bekas luka, Bio-F Cathechu sebagai anti jerawat, Biogam gel dari daun singkong sebagai anti wasir, parfum aneka aroma, masker dari bengkoang dan gambir, serta minyak angin aromaterapi dari lavender dan bunga tanjung. Selain itu, ada pula usaha budidaya jamur tiram dan pengolahannya menjadi penganan ringan berprotein tinggi.
Namun pengelolaan, promosi dan pemasaran produk bahan alam KTO ini belum berkembang dengan baik disebabkan kurangnya sarana dan prasarana produksi serta pendanaan kegiatan. Disinilah peran CSR BNI dibutuhkan.

Satu hal yang perlu diperhatikan, pelaksanaan kegiatan CSR perlu diarahkan secara kreatif sehingga masyarkat yang menjadi sasaran kegiatan CSR tidak tergantung dengan bantuan ini, melainkan mampu mengelola dana ini sebaik mungkin. Kontrol dan evaluasi dari perusahaan diperlukan untuk memperkecil kemungkinan penyelewengan dana.

Di sisi lain, bombardisitas pelaksanaan CSR tanpa diiringi publikasi hasil kegiatan sama saja seperti berjalan dengan satu kaki. Oleh karena itu, BNI telah menginformasikan berbagai program CSR yang sudah terlaksana melalui media cetak maupun media elektronik. Hal ini ditujukan sebagai transfer informasi terkait keberadaan CSR sehingga keberadaan CSR disadari masyarakat, terutama masyarakat pedesaan.
Kesadaran mahasiswa terhadap adanya peluang bantuan dana CSR dapat diarahkan menuju optimalisasi kegiatan yang tepat sasaran bagi masyarakat sekaligus menyampaikan informasi pada masyarakat dalam rangka membantu pembangunan negara. Peran mahasiswa terhadap penelitian dan pengabdian masyarakat selain pendidikan sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi dapat membantu perusahaan menetapkan program CSR yang tepat.

Sangat tepat sekali apabila kita bisa saling bersinergi antara dunia usaha/ dunia bisnis, perbankkan - akademis dengan ormas sosial.
Kami siap bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan sosial kemasyarakatan yang berbasis dari dana CSR yang bisa produktifkan menjadi suatu sinergitas yang saling menguntungkan.




sayapsehat@gmail.com - nur hidayat